Selasa, 07 April 2015

Perempuan Penjaga Telaga



PEREMPUAN PENJAGA TELAGA
Oleh: Baiq Nita Supiana


Perempuan setengah baya itu masih duduk lesu bersama bayi yang ada dalam gendongannya. Ia duduk di pinggiran telaga bersama angan yang entah ada di mana, sungguh tak seorang pun tahu apa yang ada di benaknya saat ini. Beberapa hari ini ia lebih sering terlihat di pinggiran telaga itu, bersama bayinya yang selalu dalam gendongan. Entah apa yang sedang membebani pikirannya.
Seperti halnya hari ini, seharusnya ia berbahagia karena ini hari yang ia tunggu-tunggu. Anak sulungnya yang telah lama tak pulang meninggalkan rumah karena pergi ke negeri seberang untuk mencoba memperbaiki nasib, hari ini pulang. Namun, perempuan itu masih tetap diam di tempat yang sangat disukainya sekarang ini, ia tak kan beranjak dari tempat itu kecuali malam telah tiba. Ya, dipinggir telaga yang airnya cukup keruh itu.

Senin, 06 April 2015

Tentang Putus Cinta, Tentang Menjadi Malas hingga Akhirnya Mulai Menulis Catatan ini






Ini hari senin. Hari yang menurut sebagian besar orang adalah hari paling padat dengan aktivitas, hari yang panjang dan tentunya hari yang sangat melelahkan. Tapi itu tak berlaku untukku, karena hari ini hanya kuhabiskan dengan berdiam diri dikamar tanpa melakukan aktivitas apa pun selain tidur dan kemudian terbangun untuk menuliskan catatan ini. Kau tentu masih ingat bukan tentang Cerita Malam Senin Tentang Lelaki  Menyebalkan yang kuceritakan semalam? Yah, sepertinya ini sedikit efek dari peristiwa itu. Dan sebaiknya kau terlebih dahulu membaca ceritaku semalam :D

Selasa, 31 Maret 2015

Tentang Zalfa dan Teman-temannya



Tentang Zalfa dan Teman-temannya
Oleh : Baiq Nita Supiana

Pagi itu, ketika matahari sudah terbit di ufuk timur, gadis bertubuh kecil itu masih tertidur pulas di kamar kosnya. Ia terbangun oleh suara alarm dari jam beker kesayangannya. Dengan kepala yang masih terasa pusing karena terbangun tiba-tiba, ia berjalan sempoyongan ke kamar mandi. Seandainya tadi malam ia tak mengatur alarmnya sebelum tidur, maka sudah pasti ia akan ditinggal oleh teman-temannya.
Ketika sampai di tempat teman-temannya menunggu, ternyata Zalfa adalah orang terakhir yang sampai di sana. Maka wajar saja bila teman-temannya kesal dan mengeluarkan segala caci maki mereka untuknya. Tapi tentu saja Zalfa tak akan mempedulikan hal itu. Karena ia tahu teman-temannya tak pernah serius dengan apa yang mereka ucapkan meski kenyataannya mereka memang kesal dengan sifat ngaretnya itu.